Senin, 30 Juni 2014

"Mengungkap Representasi Keindahan pada Puisi Peringatan karya Wiji Tukul dan Puisi Pada Sebuah Pulau :Interlude karya Goenawan Muhammad"


"Mengungkap Representasi Keindahan pada Puisi Peringatan karya Wiji Tukul dan Puisi Pada Sebuah Pulau :Interlude karya Goenawan Muhammad"

Manusia pada umumnya senang atau bisa dibilang suka pada sesuatu yang indah, baik terhadap keindahan alam maupun terhadap keindahan seni. Keindahan alam adalah keharmonisan yang menakjubkan dari hukum alam, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya. Sedangkan keindahan Seni adalah keindahan buatan atau hasil cipta manusia, yaitu buatan seseorang (seniman/sastrawan) yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu yang indah dan yang layak di pandang, yakni sebuah karya seni. Rata-rata pandangan manusia terhadap sebuah keindahan tentu mengambil sikap terpesona. Bahwasanya tidak semua orang memiliki kepekaan keindahan itu memang benar, tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan keindahan. 
Keindahan yang diperbincangkan dalam tulisan ini adalah keindahan yang terdapat pada sebuah seni, sehingga tidak terlepas dari pembicaraan tentang seni atau karya seni. Teori tentang keindahan pada sebuah seni muncul, karena beberapa filosof berpendapat bahwa seni adalah pengetahuan dari perasaan yang khusus. Istilah "estetika", yang dikemukakan untuk pertama kali oleh Baumgarten, dipergunakan  untuk membicarakan teori tentang keindahan seni (artistik). 
Dalam puisi Wiji Tukul dan Goenawan Muhammad ini sama-sama memiliki keindahan, akan tetapi keindahan tersebut berbeda dalam konteksnya, menurut saya. Misalnya dalam potongan sajak baris ke 15-17 dari puisi yang berjudul "Peringatan" karya Wiji Tukul ;

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan! 
(Wiji Tukul, 17 November 1996)
Dalam potongan sajak tersebut terdapat simbol dan kontemplasi makna didalamnya, kontemplasi ialah suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berfikir penuh danmendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mungkin berkontemplasi terhadap dirinya sendiri atau mungkin degan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan tertentu dengan pikiran untuk mencari sesuatu dibalik yang tampak atau tersurat. 
Dalam puisi "Peringatan" menggambarkan kisah pada zaman orde baru yang menggulingkan segala bentuk kebohongan siklus kehidupan di Indonesia, membuat banyak pihak mulai gerah, termasuk Wiji Tukul yang melentangkan tangan dan berjuang bersama sastra. Keadaan Indonesia pada saat itu yang sangat kacau balau dan telah menghadirkan ketimpangan-ketimpangan menjadikan karya-karyanya tak hanya sekedar ekspresi diri melainkan untuk bangkit bersama rakyat dan meruntuhkan bercak noda penguasa. Tergambar dalam salah satu puisinya yang berjudul “Peringatan” bahwa rakyat tidak akan tinggal diam terhadap kehancuran yang telah dirasakan selama orde baru. Pada baris terakhir puisi tersebut merupakan kalimat yang paling dikenal bahkan lebih terkenal dari wiji tukul sendiri. Dalam setiap demonstrasi mahasiswa, rakyat,dll, kalimat “Maka hanya ada satu kata: LAWAN!” selalu menjadi nyanyian wajib dan ungkapan tajam. 
Sangat tergambarkan alur permasalahan yang ada pada puisi tersebut. Dalam puisi ini wiji tukul menjelaskan bahwa banyak hal yang terjadi pada pihak pemerintahan yang benar-benar merupakan sebuah ruang gelap bagi negeri, saat rakyat tak lagi bisa mendengar pemimpin, saat rakyat tak lagi bisa mempercayai pemimpin, ketika mulut rakyat selalu dibungkam, ketika suara rakyat tak didengar, dan ketika kebenaran tidak bisa diperoleh dimanapun. Kemelut itu akan membawa Indonesia dalam keterpecahbelahan, cerai-berai, dan tak memilki tujuan bernegara lagi. Maka dalam puisi tersebut membukakan jalan bahwa siapapun itu harus tetap berjuang melawan segala sampah yang menodai bangsa. Wiji tukul dengan berani dan penuh dengan semangat tak tanggung-tanggung mengajak rakyat atau siapapun itu untuk menentang para penguasa. Perjuangannya memperoleh HAM, yang tentu saja tergambar dalam karyanya membawa hasil yang luar biasa. Berangkat dari lahirnya puisi perjuangan, para kaum pekerja seni dan sastra juga bergerak melawan pemerintahan orde baru yang dinilai menghancurkan nasib rakyat. Munculnya banyak demonstrasi, terutama penuntutan hak buruh yang juga melibatkan wiji tukul sendiri, telah membuktikan pergerakan rakyat terutama rakyat tertindas.
Melalui karya-karyanya tersebut, melalui sastra wiji tukul mendapatkan beberapa penghargaan, dan penghargaan terhebat dan terakhir yang ia dapatkan adalah Yap Thiam Hien Award 2002 dalam hal perjuangan HAM. Namun, hadiah tersebut tak sempat ia nikmati karena Wiji Tukul tiba-tiba menghilang tanpa kabar atau mungkin dihilangkan oleh penikmat rezim orde baru. Semuanya masih tanda tanya sampai saat ini. Kehilangan wiji tukul bukan berarti menghentikan perjuangan HAM di Indonesia, bahkan melalui karya-karyanya yang sangat geming, memicu perjuangan tersebut hingga rezim orde baru runtuh. 
Wiji juga bukan seorang sosok opinion leader, yang biasa mepengaruhi opini masyarakat. Dalam wawancara dengan majalah Sastra 2 November 1994, ia mengungkapkan posisinya, ''Saya bukan penyair protes. Saya menyadari proses. Menulis puisi persoalannya selalu kembali ke persoalan diri saya. Begitu saya drop out dari sekolah, saat itulah saya sadar tentang arti hidup yang sebenarnya. Ada semacam pembenturan nilai. Yah, setelah keluar sekolah, akhirnya saya harus memilih menjadi tukang pelitur. Saya harus mengatur diri sendiri dan memilih mana yang baik dan tidak. Kalau di sekolah yang baik sudah ditentukan, padahal itu belum tentu baik bagi kita.''
Ketidaknyamanan rakyat pada masa itu telah terpaparkan dalam puisi ini. Dalam setiap baris terdapat pesan mengenai rentetan keluhan realita yang terjadi. Pada masa orde baru tak sedikit orang-orang yang memberontak ditangkap, dibunuh diam-diam, atau bahkan hilang tanpa kabar. Gambaran dalam puisi bahwa tidak adanya lagi Republik Indonesia sebagai suatu kedaulatan rakyat. Perpecahan dan jurang pemisah yang sangat besar antara pemerintah dan rakyat sendiri. Wiji tukul disini bukanlah seorang tokoh besar ataupun pemegang suatu kedudukan yang menggunakan cap itu untuk didengar suaranya, tetapi beliau berteriak atas nama rakyat karena beliau merasakan sendiri, dia bukan bagian dari rakyat tapi dialah rakyat itu. Semua hal tersebut sangat jelas diteriakkan dengan lantang dalam puisi ini. 
Dari alur yang terdapat di puisi tersebut telah jelas secara sistimatikal mulai dari keadaan yang mulai memperlihatkan ledakan kecil kemudian permasalahan yang mulai terbuka secara lebar hingga pada akhirnya keresahan harus ditindaki dengan perlawanan rakyat. Implementasi semangat perjuangan dalam puisi menjadi kekuatan sendiri untuk membongkar keberanian rakyat yang telah terwakili dari kata-kata wiji tukul ini.
Sedang pada potongan sajak karya Goenawan Muhammad yang berjudul "Pada Sebuah Pantai : Interlude"

   Bukankah matahari telah bersalin dan
   melahirkan kenyataan yang agak lain?
   Dan sebuah jadwal lain?
   Dan sebuah ranjang & ruang rutin, yang
   setia, seperti sebuah gambar keluarga
       (di mana kita, berdua, tak pernah ada)?
(Goenawan Mohammad, 1973)
Dalam puisinya simbol dan kontemplasi dipergunakan sebagai cipta seni untuk menambahkan unsur kesulitan yang halus dan sukar dibedakan sebagai abstraksi. Sebagai suatu kecerdikan berkomunikasi, simbol digunakan manusia (seniman/sastrawan) untuk menghibahkan overtone atau implikasi makna yang tersirat. Dalam puisinya gunawan memilih diksi-diksi yang apik untuk memperindah pada setiap bait-bait puisinya. 
Interlude adalah istilah baku dalam dunia  sandiwara atau sebuah simfoni.  Ternyata  yang dimaksudkannya adalah sebuah suasana (mungkin  perang batin) akibat semacam perselingkuhan di sebuah cotage di pinggir pantai. Mungkin juga Interlude di sini dimaksudkannya sebagai  sebuah jeda dari rutinitas kehidupan.
persepsi dan pemahaman terhadap hasil karya seni dan gejala-gejala alami serta kehidupan di dunia ini, pada tingkat kebermaknaanya yang tinggi, yang dapat dicapai melalui idealisme dan pemikiran yang tajam dan mendalam, bagi kesempurnaan hidup tata jasmani dan rohani manusia. Gejala-gejala alami yakni alam dengan seluruh isi dan geraknya yang nampaknya biasa-biasa saja itu sebenarnya mengandung implikasi kelanjutan, akibat-akibat dan kegunaan yang penuh misteri bagi manusia, yang selagi hidup menjadipenentu pemecahnya. Hasil karya seni yang semula dicipta dengan menggunakan bahan-bahan atau sumber-sumber alam yang selektif, juga mengandung ide, gagasan dan kritik atas peristiwa kehidupan dari manusia dan seniman/sastrawan sebagai penciptanya.
Dari dua puisi diatas, saya mendapati keindahan pada kedua puisi tersebut, karena menurut saya sebuah keindahan itu dapat disebut keindahan apabila seseorang sudah dapat merasakan esensi dari sebuah karya sastra, indah atau tidaknya sebuah karya sastra tidak dapat dipandang berdasarkan siapa yang menciptakan sebuah karya sastra, akan tetapi apa yang ia ciptakan, keindahan dalam sebuah karya sastra adalah apa yang ada untuk nikmati esensi keindahanya, dapat pula dipandang indah apabila seseorang mengetahui makna dari sebuah karya sastra. jadi, menurut saya keindahan ialah sesuatu yang dapat membuat hati seseorang terasa senang saat menikmatinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar