Senin, 30 Juni 2014

“SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTRINYA” KARYA WS. RENDRA SEBAGAI ETIKA BERUMAH TANGGA


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Mursal Esten (1978 : 9). Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Semi (1988 : 8 ).
Suami adalah seorang laki-laki yang dilahirkan atau diciptakan untuk menjadi seorang pemimpin dalam sebuah ikatan yang dinamakan rumah tangga. Di luar ikatan tersebut laki-laki masih tetap menjadi seorang pemimpin yakni untuk melindungi kaum perempuan dari bahaya atau kesedihan yang menimpa dirinya. Seorang laki-laki bagaimana pun bentuk dari seorang laki-laki pada hakikatnya mereka adalah sosok pemimpin yang diciptakan oleh tuhan untuk mengayomi, melindungi, dan melayani perempuan. Sebagai keturunan adam, seorang laki-laki tidak bisa hidup sendiri tanpa adanya seorang perempuan. Banyak dikatakan bahwa perempuan adalah sebagian tulang rusuk dari seorang laki-laki dan itu memang benar adanya karena seorang laki-laki tidak bisa hidup tanpa seorang perempuan.
Keluarga harmonis adalah rumah tangga yang senantiasa memelihara janji suci kedua pasangan yang berlandaskan tuntunan agama. Dalam kehidupannya suami isteri selalu berdiri pada batasan masing-masing berdasarkan hak dan kewajibannya. Kehidupan keluarga yang harmonis terdapat corak kehidupan surgawi. Dalam keluarga semacam inilah rahmat ilahi tercurah. Rumah tangga mereka merupakan pusat pertumbuhan dan perkembangan nilai-nilai kemanusiaan. Anak-anak dari keluarga ini akan menebarkan rasa kasih sayang juga. Kehidupan rumah tangga dijadikan ajang untuk meraih kesempurnaan, dengan ketentraman keluarganya mereka berusaha mendekatkan diri kepada Allah, dan jalan yang mereka tempuh adalah jalan yang di ridhoi oleh Allah, akhirnya hasil jerih payah mereka adalah kebahagiaan, kasih sayang serta ketentraman yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalam sikap, tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangan kalbu. Karenanya pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam kehidupannya.
Dalam puisi “sajak seorang tua untuk istrinya” karya WS. RENDRA ini menyuguhkan bahwa seorang laki-laki tua masih terus bersemangat untuk hidup dan dia selalu memberikan atau menyalurkan rasa semangatnya kepada istrinya dan dia selalu menghargai istrinya dalam suatu hal.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka di peroleh rumusan masalah, yaitu: bagaimanakah bentuk etika berumah tangga yang diungkapkan WS. RENDRA dalam puisi “sajak seorang tua untuk istrinya” ?

Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat di peroleh tujuan untuk memahami dan mengetahui bentuk etika berumah tangga yang diungkapkan WS. RENDRA dalam puisi “sajak orang tua untuk istrinya”.






PEMBAHASAN
Dalam bab ini menjelaskan bentuk etika berumah tangga yang terkandung dalam puisi “sajak seorang tua untuk istrinya” karya WS. RENDRA.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

            Dalam penggalan puisi di atas pengarang menggambarkan seorang tua menuliskan deretan-deretan sajak untuk istrinya untuk mengingat dimana masa-masa remaja mereka telah terlewati dan kini mereka berada dalam rentang usia yang hampir selesai dan seorang tua merasa lega telah melewati masa-masa hidupnya bersama istrinya.
            Seorang tua disini adalah seorang suami yang selalu mengingatkan kepada istrinya akan masa dimana mereka remaja yang pada waktu itu masih muda dan dia selalu mengajari bagaimana menjadi seorang istri seharusnya. Sifat-sifat seorang istri yang gemar menciptakan kebaikan dalam rumah tangganya yaitu:
Ø  Mengutamakan Berada di Rumah
Kenapa saya tulis “mengutamakan”, karena pada masa emansipasi wanita ini banyak wanita karir dan menjadi pensuport perekonomian rumahtangga, namun apabila sang suami sudah mampu mencukupi kebutuhan rumahtangga, khususnya dibidang ekonomi, dan sudah disepakati kalau si wanita tidak bekerja, maka hendaknya sang istri punya rasa betah untuk berada di rumah karena firman Allah yang berbunyi:
Dan hendaknya kamu tetap tinggal di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang jahiliyyah yang dahulu” (QS Al Ahza: 33) 
Ø  Mengutamakan Tugas Rumah
Walau punya jabatan apapun si wanita di tempat kerjanya, sekertaris atau direktur sekalipun, tugas utama ibu rumahtangga tidak boleh dinomorduakan, karena jabatan ibu rumahtangga lebih tinggi derajatnya daripada jabatan seorang ibu direktur.
Ø  Tidak Berkunjung Kecuali Penting
Di sini Islam menjaga dan menjauhkan kita dari kebiasaan bergunjing dengan tetangga, kecuali untuk tujuan yang penting sebaiknya hindari terlalu sering berkunjung ke tetangga.
Ø  Menyenangkan Saat Dilihat Suami
Wanita yang benar dalam berumahtangga adalah wanita yang berusaha bisa menyenangkan suami, saat dilihat menciptakan rasa damai dan sejuk bagi suami, menjalankan segala perintah suami, bermuka ceria, bersolek dan berdandan buat suami, sikap seorang wanita salah satu penentu keharmonisan rumahtangga.
Ø  Memelihara Kehormatan Diri Ketika Suami Tidak Ada
Wanita yang benar adalah yang menjaga martabat rumahtangganya bila sang suami tidak ada di rumah untuk menunaikan tugas kerja atau untuk tujuan yang lain, baik untuk kepergian dalam waktu dekat maupun dalam waktu lama, bagaimana cara menjaga kehormatan diri? yaitu dengan tidak mengijinkan masuk laki-laki lain ke dalam rumah bila sang suami tidak ada di tempat, karena dengan adanya laki-laki lain tanpa kehadiran suami akan menimbulkan bahaya dan juga gunjingan bahkan bisa juga fitnah dari masyarakat sehingga hal itu akan menggangu keharmonisan rumah tangga.
Ø  Tidak Menghindari Suami
Istri yang baik adalah istri yang selalu dekat dengan suami, tidak ada niatan menghindari suami meskipun suasana hati lagi bad mood ataupun lagi ada masalah rumahtangga, karena dosa akan menanti si wanita bila menghidar dari suami.
Ø  Menjaga Kehormatan Suami
Wajib bagi seorang istri untuk menjaga kehormatan suami, menjaga harta dan rumahtangganya.
Ø  Bermuka Ceria
Walau ada permasalahan rumahtangga sebisa mungkin tetap ceria, tetap bermuka manis, dengan begitu permasalahan tidak membesar, bisa diredam dan diharapkan secepatnya bisa harmonis lagi.
Ø  Tidak Mencolok & Menghindari Keramaian Bila Keluar Rumah
Tidak mencolok di sini bermaksud untuk tidak terlalu berias, tidak menarik perhatian sesama pengguna jalan dengan tujuan untuk menhindari dosa mata dari laki-laki lain yang melihat dan menghindari kejahatan yang tercipta dari penampilan berlebihan seorang wanita.
Ø  Tidak Mengeraskan Suara
Bagi wanita suara adalah mahkota, orang akan melihat positip dan negatif seorang wanita dari keras atau lembut wanita itu mengeluarkan suaranya.
Ø  Perhatian Terhadap Rumahtangga
Seorang istri punya tanggungjawab untuk memperhatikan suasana dirumahtangganya, baik jasmani maupun ronahi para anggota keluarga, contoh: apakan anak-anaknya sudah sarapan, apakan suaminya sudah sholat, dll.
Ø  Iklas dengan Pemberian Suami
Banyak atau sedikit, lebih atau kurang bisa menerima dengan qana’an pemberian itu sebagai rizki dari Allah yang diberikan pada dia dan keluarga.
Ø  Mendorong Suami Mencari Rizki Halal
Dengan rizki yang halal maka akan tumbuh anak & keluarga yang dekat dengan agama, anak yang soleh & Solihah, dan sebaliknya, dengan rizki yang haram akan menjauhkan anak & keluarganya dari agama.
Ø  Tidak Banyak Menuntut Suami dalam Nafkah
Nafkah lahir yang sewajarnya, dalam batas kemampuan suami, karena dengan menuntut yang diluar kewajaran akan membuat suami dalam tekanan, bahkan bisa juga akan berusaha mencari nafkah dengan segala cara untuk memenuhi tuntutan istri tersebut, seperti: korupsi, mencuri, dan hal ilegal lainnya, kalau seperti ituakhirnya sama saja memasukkan keluarganya dalam lingkaran kemungkaran.
Ø  Punya Rasa Malu
Punya rasa malu untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Ø  Sopan Pada Teman Suami
Menghormati tamu dan teman suami, menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang istri di mata mereka.
Ø  Memperdalam Ilmu Agama
Memperbanyak ilmu agama adalah tuntutan sebagai wakil suami dalam memimpin rumahtangga, dengan bekal agama insya Allah arah berkeluarga tetap dijalur yang tepat.
Ø  Menundukkan Pandangan dari Barang Haram
Ini dilakukan dengan maksud melindungi diri dari barang maksiat yang dilarang oleh syariat agama.


Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Dalam potongan puisi ini pengarang memberikan arti bahwa kita hidup bukan untuk mengeluh dan mengadu tapi kita hidup untuk mengolah apa yang ada dan apa yang belum ada diantara kita.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

            Tugas dalam potongan puisi ini disimbolkan sebagai ikatan dalam suatu rumahtangga yakni suami istri. Akan tetapi disini sang pengarang menghadirkan elegi yang lain dalam puisi ini, bukan untuk mendapatkan imbalan sorga atau neraka akan tetapi demi sebuah kehormatan seorang manusia untuk memiliki seorang pasangan. Dalam pembentukan keluarga hendaknya diniatkan untuk menyelenggarakan kehidupan keluarga yang penuh dengan semangat mawaddah wa rahmah dengan selalu mendektkan diri kepada Allah dan mendambakan keridhaannya, limpahan hidayah dan taufiq-Nya. Kehidupan keluarga yang didasari oleh niat dan semangat beribadah kepada-Nya, maka keluarga yang demikian akan selalu mendapat perlindungan dalam mendapatkan tujuan-tujuannya yang penuh dengan keluhuran.
Menjadi seorang suami yang menjaga kehormatan pasanganya, yakni:
1.          Memperlakukan istrinya dengan baik
Kunci pertama yang akan menuntut seorang suami menuju surganya adalah cara ia memperlakukan istrinya dengan baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nisa ayat 19, “Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik.”
2.               Memberi istrinya makan, pakaian, dan mendidiknya
Apa yang seorang suami makan, apa yang ia pakai, dimana ia tinggal, dan berbagai fasilitas lain yang dinikmati oleh seorang suami hendaknya dapat dinikmati pula oleh istrinya. Sebagaimana sabda Rasulullah kepada orang yang bertanya terhadap beliau tentang hak istri atas dirinya, “Hendaknya engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menjelek-jelekkannya, dan tidak mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Daud).
3.               Mengajarkan ilmu agama
Hendaknya seorang suami mengajarkan persoalan-persoalan yang belum diketahui istrinya perihal agama, atau mengizinkannya menghadiri forum-forum ilmiah untuk belajar di dalamnya. Sebab, kebutuhan untuk memperbaiki kualitas agama sama pentingnya seperti memenuhi kebutuhan terhadap makanan serta pakaian. Terkait hal ini Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.” (QS. At-Tahrim: 6).
4.               Mewajibkan istri melaksanakan ajaran Islam
Kewajiban suami tidak cukup sebatas mengajarkan ilmu agama saja, tapi ia juga harus mewajibkan istrinya untuk dapat melaksanakan semua ilmu agama yang sudah istrinya ketahui dengan baik, sebab seorang suami adalah penanggung jawab bagi istri dan diperintahkan menjaga serta mengayominya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW., “Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya, dan ia akan diminta pertanggungan jawab tentang kepemimpinannya.” (HR. Muttafaq Alaih).
5.               Berlaku adil terhadap istrinya
Bagi suami yang memiliki istri lebih dari satu, hendaknya ia berlaku adil terhadap istri-istrinya. Baik dalam makanan, minuman, pakaian, rumah, serta pembagian waktunya. Ia tidak boleh bersikap curang dalam hal-hal tersebut, atau bertindak zhalim, karena hal ini diharamkan Allah seperti yang Ia sampaikan dalam firman-Nya, “Kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja, atau budak-budak wanita yang kalian miliki.” (QS. An-Nisa’: 3).
6.               Tidak membuka rahasia istrinya
Dan kunci surga yang terakhir, tidak diperbolehkan bagi seorang suami membuka rahasia istrinya atau membeberkan aibnya, sebab ia orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan melindungi istrinya. Hal ini diungkapkan Raulullah dalam sabdanya, “Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah ialah suami yang menggauli istrinya, dan istrinya bergaul dengannya, kemudian ia membeberkan rahasia hubungan suami-istri tersebut.” (HR. Muslim).
Dengan menjadi seorang suami yang baik bagi istrinya seorang laki-laki dapat meraih keinginanya untuk menjaga kehormatan seorang manusia.
           
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.

            Disini pengarang secara sistematis mengajarkan pada kita arti sebuah hidup. Dimana hidup ada suka maupun duka, ada saat remaja juga ada saat tua, ada saat dimana keadaan baik-baik saja dan ada saat dimana keadaan tidak menampung kehadiran manusia. Dan dalam potongan puisi ini pengarang mengajarkan untuk selalu tersenyum walau dalam keadaan suka maupun duka, sikap untuk selalu ramah dan senantiasa menghargai satu sama lain. Kasih sayang yang tertanam dalam hati dan menjadi kelembutan dalam sikap, tindakan dan ucapan akan memberikan hamba tersebut ketenangan kalbu. Karenanya pasangan yang tingkah lakunya lembut akan mendapatkan banyak kebahagiaan dalam kehidupannya.

Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
KESIMPULAN

            Keharmonisan rumahtangga adalah bentuk hubungan yang dipenuhi oleh cinta dan kasih, karena kedua hal tersebut adalah tali pengikat keharmonisan. Kehidupan keluarga yang penuh cinta kasih tersebut dalam islam disebut mawaddah wa rahmah.  Yaitu keluarga yang tetap menjaga perasaan cinta; cinta terhadap suami/istri, cinta terhadap anak, juga cinta pekerjaan. Perpaduan cinta suami-istri ini akan menjadi landasan untama dalam berkeluarga. Dan dalam puisi yang ditulis oleh WS.RENDRA ini memberikan pengaruh positif kepada pembaca untuk lebih bersemangat dan lebih menikmati hidup, menikmati kenyataan yang sebenarnya. Banyak cara untuk menjadi istimewa dihadapan pasangan. Dan banyak pula cara untuk menjadi hidup yang bahagia. Dan menjadikan hidup lebih berarti dan bermakna.


DAFTAR PUSTAKA



LAMPIRAN

SAJAK SEORANG TUA UNTUK ISTRINYA

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.

Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.

Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.

Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.

Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.

Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.

Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.

Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
WS. Rendra, Sajak-sajak sepatu tua, 1972


Tidak ada komentar:

Posting Komentar